Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Selasa, 12 Februari 2013
Cerita dari Karimata
Cerita
dari Karimata
Fajar
baru saja menampakkan diri, tiba-tiba terdengar suara keras dari haluan kapal
yang tidak lain adalah jangkar KRI Teluk Celukan Bawang yang di tancapkan di
dasar laut sekitar pulau Serutu kabupaten Kayong Utar Kalimantan Barat yang
tidak jauh dari perairan internasional Laut Cina Selatan. Tanggal 22 Juni
tepatnya kami berada di perairan pulau Serutu untuk kemudian di jemput perahu
motor milik penduduk Karimata, dimana desa Padang di kecamatan kepulauan Karimata
adalah titik lokasi dari tempat pengabdian kami untuk menjalankan program
Kuliah Kerja Nyata UI 2012 (K2N UI).
Mengerucut Arah Pergerakan PMII
Mengerucut
Arah Pergerakan PMII
Oleh
Tutik Inayati
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) yang namanya dikenal sejak tahun 1960 sebagai refleksi dari kebangkitan
di kalangan mahasiswa yang mengharuskan mereka turut andil dalam mewarnai
kehidupan sosial politik di Indonesia. PMII yang bercita-citakan mewujudkan
Indonesia ke depan menjadi lebih baik ini, dimotori oleh kalangan muda NU yang
kemudian menyatakan dirinya independen dari lembaga NU. Islam yang diusung oleh
PMII ini adalah islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan atau paradigma
ahlussunnah wal jama’ah.
Shalawat Tarhim
Shalawat Tarhim dan Mengingat Rasulullah
SAW
Sholawat
Tarhim. Sering kita mendengar lantunan sholawat menjelang kumandang adzan
subuh. Ya itulah sholawat Tarhim. Masih sering saya, dan mungkin juga pembaca
sekalian, mendengar lantunannya dari musholla atau masjid di desa-desa.
Syairnya sederhana dan mudah diikuti membuatnya familiar di telinga warga
muslim Indonesia. Nah, mari sejenak kita ngobrol tentang Sholawat Terhim.
Adalah
seorang Syaikh Mahmoud Khalil al-Husyairi yang telah berjasa menggubah sholawat
ini. Beliau ini adalah ketua Jam’iyyatul Qurra’ di Kairo, Mesir. Beliau adalah qaari’ yang populer pada zamannya dan
tinggi ilmunya. Sampai-sampai digelari Syaikhul
Maqaari’ atau Begawannya Para Qaari’. Saya sendiri menelusuri tentang
sholawat ini dan bio Syaikh Mahmoud dari Kiai Google. Sila dikritisi apabila
memang ada yang patut dikritisi. Semoga ada hikmah pula dari tulisan saya ini.
Intinya, mari berbagi ilmu. Saya tidak lebih pintar dari pembaca sekalian.
Dalam
sebuah majlis Cak Nun (Emha Ainun Najib) membedah secara singkat padat perihal
‘terdamparnya’ sholawat ini ke musholla
wa masajid di tempat kita. Jadi, ceritanya Syaikh Mahmoud ini pernah
berkunjung ke Indonesia pada sekitaran tahun 60’an. Konon katanya, sholawat ini
‘dibajak’ di studio Lokananta, Solo, dan pertama kali sampai ke telinga orang
Indonesia melalui corong Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat) di Surabaya.
Langganan:
Postingan
(Atom)